BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Indonesia merupakan
salah satu negara yang menghasilkan polusi terbanyak didunia. Sumber polusi yang upaling tama
adalah dari kendaraan bermotor dan limbah industry. Polusi ini terjadi akibat
kurangnya penanganan limbah-limbah industry sedangkan semakin hari semakin
banyak berdiri pabrik industry. Pencemaran yang disebabkan oleh polusi ini
menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap lingkungan. Perubahan yang
paling bisadirasakan adalah perubahan suhu udara yang semakin panas dan
perubahan pada air sungai.
Kuliah kerja lapangan(KKL) adalah
salah satu mata kuliah tambahan yang terkait dengan mata kuliah Teknik
Instrumentasi untuk membekali Mahasiswa tentang pengetahuan tambahan tentang
industri dan teknologi tentang industri dengan mengunjungi beberapa instansi
yang berkaitan dengan hal tersebut.
Allah SWT sudah menjelaskan dalam
Al-Qur’an Surat Annisak ayat 190-191
tentang pentingnya melakukan bepergian, karena dalam bepergian terdapat banyak
manfaat, seperti menambah ilmu pengetahuan, menambah pengalaman, meningkatkan
keimanan, meningkatkan dzikir dan tafakkur, dan lain-lain.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ () الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Qs.3:190-191)
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ () الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Qs.3:190-191)
Permasalahan
tentang pencemaran ini terjadi akibat kurangnya pengetahuan serta penanganan
yang lebih terhadap limbah. Meskipun limbah tidak dapat dihilangkan secara
total tetapi denga penanganan limbah yang baik dapat mengurangi seminimal
mungkin polutan yang mencemari udara, air maupun tanah. Maka dari itu,
dilaksanakan kegiatan studi lapang yang bertempat di Pabrik Gula Madukismo,
desa , Bantul, Yogyakarta untuk mengetahui lebih dalam dan melihat secara
lngsung proses pembuatan gula Kristal serta pengolahan limbah pabriknya, serta
untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Bersih.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan gula
di PG. Madukismo?
2 .Bagaimana cara mengelola limbah
sisa proses pembuatan gula Kristal di PG. Madukismo?
1.3 Maksud danTujuan Laporan KKL
1. Untuk mengetahui proses pembuatan
gula Kristal putih di PG. Madukismo.
2. Untuk mengetahui cara pengolahan
limbah di PG. Madukismo.
1.4 Manfaat Laporan KKL
1.
Untuk memberikan
informasi mengenai pabrik gula Madukismo bahwasannya sebagai penghasil gula,
alkohol, spirtus dan cara pembuatannya.
2. Untuk memberikan informasi tentang
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang ada di Bantul Yogyakarta.
1.5 Kerangka Pemikiran
Kunjungan
|
PG.
Madukismo Yogyakarta
|
UPT
BPPTK LIPI Gunungkidul Yogyakarta
|
Pembuatan Gula
|
Pembuatan
Bioetanol
|
Pemanfaatan
Limbah Tebu
|
Laboratorium
Pakan
|
Laboratorium
Pangan
|
Laboratorium
Kimia dan Lingkungan
|
Pengetahuan
tambahan tentang Indistri dan teknologi Industri yang berkaitan dengan
Teknik Instrumentasi
|
1.6
Metode Penelitian dalam Pelaporan KKL
1.
Metode Observasi
Penyusun mengadakan kunjungan langsung
ke pabrik gula Madukismo, Yogyakarta. Di sana penyusun mengadakan observasi
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses pembuatan gula.
2. Metode Wawancara
Penyusun mengadakan wawancara dengan
karyawan PG. Madukismo Baru secara langsung proses pembuatan gula.
1.7 Lokasi dan Waktu KKL
Kegiatan
KKL dilaksanakan didua tempat yakni, di PG. Madukismo Bantul Yogyakarta dan
LIPI Bantul Yogyakarta. Pelaksanaan KKL di PG. Madukismo dilaksanakan pada hari
rabu tanggal 16 april 2014, mulai jam 07.00-10.00 WIB. Sedangkan pelaksanaan
KKL di LIPI dilaksanakan pada tanggal 17
april 2014, mulai jam 10.00-13.00 WIB.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produksi Gula
Menggunakan
penglihatan untuk mempelajari ayat Allah untuk meningkatkan tadzkirah
Dalam berwisata tentu saja akan dapat meilhat berbagai pemandangan, baik peninggalan sejarah masa silam, maupun kejadian masa kini. Apa yang dapat dilihat tersebut hendaknya dapat mendorong untuk meningkatkan iman dan amal shalih.
Dalam berwisata tentu saja akan dapat meilhat berbagai pemandangan, baik peninggalan sejarah masa silam, maupun kejadian masa kini. Apa yang dapat dilihat tersebut hendaknya dapat mendorong untuk meningkatkan iman dan amal shalih.
وَمَا يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَلَا الْمُسِيءُ قَلِيلًا مَا تَتَذَكَّرُونَ
Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. Qs.40:58
Pada
umumnya, pabrik gula tebu di Indonesia merupakan warisan belanda pada zaman
kolonial. Perjalanan proses pengolahannyapun hampir seragam kecuali pada pabrik
yang menerapkan proses karbonatasi. Berikut ini adalah sekilas proses
pengolahan gula tebu dengan prmurnian cara sulfitasi. Secara garis besar,
pabrik gula bertujuan untuk mengambil sukrosa dari tebu semaksimal mungkin
dengan menekan kehilangan gula seoptimal mungkin.
Dalam pabrik gula
dikenal section-section yang disebut stasiun, mulai dari emplasement, stasiun
gilingan sampai pengarungan. Emplasement (Halaman Pabrik) Halaman pabrik
berfungsi untuk menimbun tebu yang datang dari kebun. Biasanya di sekitarya
terdapat pohon-pohon besar yang berfungsi untuk menahan panasnya matahari. Suhu
halaman pabrik yang panas akan menyebabkan temperatur tebu naik dan akan
barakibat mempercepat proses tebu menjadi layu (wayu). Layunya tebu akan
dibarengi dengan inversi sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Hal ini
disebabkan karena nira dalam tebu bersifat asam dan proses inversi lebih cepat
apabila temperatur tinggi.
Idealnya,
halaman pabrik dilengkapi dengan timbangan tebu, baik berupa jembatan timbang
atau crane yang dilengkapi dengan timbangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
bobot tebu yang masuk ke pabrik dan selanjutnya digunakan untuk pengawasan
proses. Halaman pabrik juga harus mempunyai alat untuk bongkar muatan baik dari
truk atau dari lori. Yang terpenting adalah, persediaan tebu di halaman pabrik
harus dapat memenuhi kapasitas giling.
Stasiun gilingan dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Persiapan
Tebu yang
dibongkar dari truk atau lori diletakkan diatas meja tebu. Meja tebu dilengkapi
dengan alat yang berfungsi untuk mendorong tebu ke krepyak tebu (carrier).
Setelah diatas carrier, tebu dibawa melewati cutter untuk dipotong menjadi
bagian yang lebih kecil. Selanjutnya tebu terpotong dihancurkan dengan
menggunakan shredder atau unigrator. Setelah itu masuk ke gilingan. Proses
persiapan mempunyai tujuan untuk mempersiapkan tebu yang akan digiling sehingga
proses pemerahan bisa maksimal. Efektifitas dari alat-alat persiapan
ditunjukkan dengan angka preparation index yang besarannya berbeda-beda tiap
pabrik. Pada umumnya angka preparation index lebih kurang sebesar 90
b. Gilingan
Gilingan berfungsi
untuk mengambil nira dalam tebu. Optimalnya gilingan dengan cepat dapat
diketahui dengan melihat pol ampas. Semakin kecil pol ampas, akan semakin baik.
Dalam stasiun gilingan diberikan air panas (added water) yang biasa disebut
imbibisi (dari bahasa belanda imbibitie). Fungsinya untuk membilas ampas
gilingan antara agar fungsi pemerahan gula bisa maksimal. Umumnya pabrik gula
menerapkan sistem imbibisi majemuk yaitu menggunakan air panas dan nira
gilingan berikutnya. Dari stasiun gilingan dihasilkan nira mentah yaitu nira
yang keluar dari gilingan 1 dan 2.
b.1 Stasiun
Pemurnian
Fungsi dari
stasiun pemurnian adalah untuk menyingkirkan kotoran-kotoran bukan gula yang
terdapat dalam nira mentah. Proses yang dilakukan baik berupa proses fisik
ataupun kimia. Proses dalam stasiun pemurnian dilakukan sedemikian rupa
sehingga kerusakan sukrosa dapat
ditekan seoptimal mungkin. Yang pertama dilakukan dalam stasiun
pemurnian adalah menyaringan dengan menggunakan saringan parabolis (DSM).
Setelah itu nira mentah dipanasi sampai suhu 75 C. Nira mentah yang telah
dipanasi ditambahkan Ca(OH)2 sampai pH tertentu. Setelah itu pada nira
ditambahkan SO2 sampai pH netral. Nira dipanaskan kembali sampai suhu 105 C,
ditambahkan flokulan dan diendapkan di clarifier. Setelah mengendap, nira
jernih disaring lagi dan menghasilkan nira encer, setelah itu, dipanaskan
sampai suhu 115 C dan selanjutnya diproses ke tehap evaporasi. Nira kotor yang
ada di clarifier selanjutnya disaring menggunakan vacuum filter. Proses filtrasi
ini menghasilkan filtrat dan blotong. Filtrat akan dikembalikan lagi ke awal
proses pemurnian dan blotong diangkut truk menuju tempat penimbunan. Fungsi
dari stasiun penguapan adalah meningkatkan konsentrasi larutan gula dalam nira.
Nira encer dari stasuin pemurnian diuapkan dengan menggunakan evaporator multi
effect. Nira dipanaskan dengan menggunakan uap panas yang berasal dari uap
bekas penggerak turbin gilingan. Nira encer yang mempunyai brix 15 diuapkan
airnya sampai mencapai brix 60. setelah itu akan dihasilkan material yang
dinamakan nira pekat. Selanjutnya nira pekat ditambah SO2 sehingga dicapai pH
tertentu.
b.2 Stasiun
Kristalisasi
Sistem
kristalisasi di pabrik gula tebu menggunakan sistem kristalisasi bertingkat,
baik berupa A-D, A-C-D, A-B-D, atau A-B-C-D, dengan ketentuan A dan B adalah
produk (berlaku untuk abrik gula tebu di jawa). Nira pekat hasil dari stasiun
penguapan diuapkan lagi airnya sehingga akan terbentuk kristal dengan
sendirinya. Metode lain kristalisasi adalah dengan menggunakan bibit gula
berupa fondan yang selanjutnya kristal bibit itu dibesarkan.
Proses
kristalisasi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kristal yang terbentuk
mempunyai ukuran yang seragam. Seragamnya ukuran kristal gula akan dicapai
apabila konsentrasi larutan dalam bejana kristalisasi dijaga pada konsentrasi
tertentu. Setelah ukuran kristal yang
diinginkan tercapai, maka kristal yang masih bercampur dengan larutan
(masakan /massecuit) diturunkan ke bejana penampung.
b.3 Stasiun
Pemutaran
Untuk memisahkan
kristal dan larutan setelah proses kristalisasi dilakukan langkah pemutaran.
Dengan gaya centrifugal, kristal akan tertahan di saringan (basket) dan larutan
akan melewati saringan tersebut. Langkah proses pemutaran yang baik akan
menghasilkan gula yang putih dan mempunyai kadar air yang kecil.
Di stasiun putaran
terdapat 2 jenis alat yaitu batch dan continue. Putaran continue disebut low
grade centrifugal dan putaran batch biasa disebut hi grade centrifugal (putaran
untuk produk). Selanjutnya gula produk hasil pemutaran di angkut dengan talang
goyang (grasshopper) menuju pengering.
b.4 Stasiun
Pengeringan dan Pendinginan
Pengeringan
berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam gula sehingga meningkatkan ketahanan
dalam penyimpanan. Cara pengeringan dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan
udara kering dan dikontakkan dengan gula. Alat yang digunakan bermacam macam
ada yang berupa talang getar atau rotary dryer.
Gula yang
dikeringkan dalam keadaan panas, untuk itu perlu didinginkan agar tidak terjadi
proses kimiawi yaitu browning pada saat penyimpanan. Pendinginan dilakukan
dengan menghembuskan udara dingin baik dari udara sekitar ataupun udara dingin
dari alat pendingin udara.
b.5 Stasiun
Pengarungan
Gula yang sudah
dingin selanjutnya ditampung di sugar bin. Setelah itu dilakukan pengarungan
atau pengemasan dengan berat 50 Kg. Untuk suplai langsung ke konsumen, pabrik
biasanya juga membuat kemasan 1 Kg.
b.6 Gudang Gula
Gudang gula
berfungsi untuk menimbun gula yang telah dikemas. selanjutnya gula siap untuk
didistribusikan ke penyalur atau konsumen.
2.2 Tinjauan limbah cair industri gula
Untuk mengontrol
dan mengawasi kualitas lingkungan, khususnya air sungai di Indonesia,
pemerintah melalui KEPMENKLH No. 4 Thn 2002 telah mengeluarkan keputusan bahwa
kualitas air yang boleh dibuang ke badan air sungai harus memenuhi standar
tertentu. Adapun parameter yang harus diukur kadarnya untuk limbah cair pabrik
tekstil adalah:
-Zat organik
terlarut (yang menyebabkan turunnya harga DO)
-Padatan
tersuspensi (TSS/TS)
-Zat organik trace
(contoh fenol)
-Logam berat, (
contoh Cr) dan sianida
-Warna dan
turbiditas
-Floating material
(oil dan grease)
Polutan
yang ada pada limbah cair pabrik tekstil biasanya berupa koloid dan zat
terlarut. Namun akibat berbagai proses pada produksi tekstil, hampir kebanyakan
polutan berada dalam bentuk koloid. Cara yang umum digunakan untuk mengatasi
partikel limbah dalam bentuk koloid adalah proses destabilasi koloid, sehingga
partikel -partikel tersebut dapat dipisahkan dari badan air. Pada dasarnya
jenis koloid dapat dikategorikan sebagai koloid hidrofob dan koloid hidrofil.
Koloid hidrofob berperan dalam penampakan warna pada permukaan air, hal ini
disebabkan oleh bagian R -NH2 atau R-OH dari partikel koloid tersebut.
Bagian-bagian
yang elektronegatif mengakibatkan terjadinya ikatan hydrogen dengan molekul
air. Permukaan yang elektronegatif tersebut saling menolak dan menghalangi
terjadinya pembentukan agregat. Sedangkan koloid hidrofil berasal dari adanya
partikel -partikel mineral yang terhidrolisis, sehingga pada permukaan koloid
terkonsentrasi muatan negatif yang saling menolak dan mencegah terjadinya
agregat. Pada dasarnya koloid tidak pernah 100% hidrofob dan tidak pula 100%
hidrofil.
Salah
satu cara destabilisasi koloid adalah pentralan muatan listrik melalui
penambahan suatu koagulan sehingga terjadi penggabungan partikel -partikel
koloid menjadi agregat-agregat yang lebih besar. Koagulasi merupakan proses
agregasi yang terjadi akibat adanya gaya elektrostatik antara partikel
-partikel
koloid yang memiliki muatan yang berlawanan. Adapun tujuan dari proses
koagulasi adalah untuk memisahkan partikel-partikel koloidal yang melayang-
layang dalam air sehingga membentuk agregat yang dapat mengendap. Beberapa
koagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah cair adalah tawas, garam
besi dan kapur yang amat efektif untuk mengendapkan partikel koloidal yang
berasal dari logam berat; Besi(III) klorida yang dapat terhidrolisis menjadi
Fe(OH)3 dapat mengikat 92% koloidal arsen, seng, nikel, mangan dan raksa Proses
detabilasisasi partikel koloid dilanjutkan dengan pembentukan agregat dengan
cara mengumpulkan polimer yang telah destabil dengan suatu polimer. Polimer
merupakan molekul besar yang dibentuk oleh monomer-monomer. Sebenarnya istilah
flokulasi digunakan untuk menjelaskan aksi material polimerik yang membentuk
jembatan-jembatan antar partikel individual koloid. Ada empat jenis mekanisme
flokulasi yang diakibatkan oleh polimer (Moudgil dan Somasundaran, 1985),
(i) polymer bridging, (ii) netralisasi, (iii) pembentukan polimer kompleks,
(iv) flokulasi dengan polimer bebas.
Proses
flokulasi dengan mekanisme bridging biasanya terjadi dengan cara menambahkan
polimer bermassa molekul tinggi ke dalam suatu dispersi partikel koloid.
Permukaan polimer tersebut akan mengadsorpsi lebih dari satu partikel koloid,
sehingga terjadi kelompok koloid yang terhubungkan. Mekanisme ini merupakan
mekanisme yang dominan. Mekanisme netralisasi muatan terjadi apabila jumlah
polimer yang diperlukan untuk terjadinya flokulasi sesuai dengan jumlah polimer
yang dibutuhkan untuk memberikan mobilitas elektroforetik koloid menjadi nol.
Hal ini dapat terjadi jika spesi polimer memiliki muatan yang berlawanan dengan
muatan permukaan koloid sehingga muatannya menjadi netral.
Pembentukan
polimer kompleks terjadi jika polimer yang ditambahkan berinteraksi dengan
komponen-komponen yang ada dalam system sekaligus dengan bahan kimia lain yang
ditambahkan ke dalam system. Mekanisme ini paling mungkin terjadi pada dual
system polimer atau pada system yang telah ditambahkan garam kalsium, besi,
atau alumunium. Sedangkan mekanisme flokulasi dengan polimer bebas dapat
terjadi melalui efek defletion flocculation. Pada dasarnya mekanisme ini
merupakan efek dengan prinsip tekanan osmotik.
Untuk terjadinya mekanisme ini diperlukan konsentrasi polimer yang
cukup tinggi. Pada dasarnya sangat sulit mengkategorikan proses flokulasi hanya
sesuai untuk mekanisme tertentu saja. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa
proses flokulasi merupakan fungsi dari konsentrasi polimer, massa dan muatan
molekul, muatan dan konsentrasi partikel, kondisi s aat proses pencampuran,
serta waktu yang diperlukan agar polimer berelaksasi terhadap permukaan koloid.
2.2.1. Sumber
dan karakteristik limbah Cair serta pengaruhnya terhadap lingkungan
Pada pemrosesan
gula dari tebu menghasilkan limbah atau hasil samping, antara lain ampas,
blotong dan tetes. Ampas berasal dari tebu yang digiling dan digunakan sebagai
bahan bakar ketel uap. Blotong atau filter cake adalah endapan dari nira
kotor yang di tapis di rotary vacuum filter, sedangkan tetes merupakan
sisa sirup terakhir dari masakan yang telah dipisahkan gulanya melalui
kristalisasi berulangkali sehingga tak mungkin lagi menghasilkan kristal.
a. Limbah
Bagasse
Satu
diantara energi alternatif yang relatif murah ditinjau aspek produksinya dan
relatif ramah lingkungan adalah pengembangan bioetanol dari limbah-limbah
pertanian (biomassa) yang mengandung banyak lignocellulose seperti bagas
(limbah padat industri gula). Indonesia memiliki potensi limbah biomassa yang
sangat melimpah seperti bagas. Industri gula khususnya di luar jawa
menghasilkan bagas yang cukup melimpah.
Kompos
adalah hasil dekomposisi biologi dari bahan organik yang dapat dipercepat secara
artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba (bakteria, actinomycetes dan
fungi) dalam kondisi lingkungan aerobik atau anaerobic. Hasil pengomposan
campuran blotong, ampas (bagasse) dan abu ketel diinkubasi dengan bioaktivator
mikroba selulolitik selama 1 dan 2 minggu, kemudian diaplikasikan ke lahan
tebu. Pemberian kompos 10 ton/ha mampu meningkatkan bobot tebu sebanyak 16,8
ton/ha. Bioaktivator adalah inokulum campuran berbagai jenis mikroorganisme
(mikroba lignolitik, selulolitik, proteolitik, lipolitik, amilolitik, dan
mikroba fiksasi nitrogen non simbiotik) untuk mempercepat laju pengomposan
bahan organik .
b. Limbah
Blotong
Salah
satu limbah yang dihasilkan PG dalam proses pembuatan gula adalah blotong,
limbah ini keluar dari proses dalam bentuk padat mengandung air dan masih ber
temperatur cukup tinggi < panas >, berbentuk seperti tanah, sebenarnya
adalah serat tebu yang bercampur kotoran yang dipisahkan dari nira. Komposisi
blotong terdiri dari sabut, wax dan fat kasar, protein kasar,gula, total
abu,SiO2, CaO, P2O5 dan MgO. Komposisi ini berbeda prosentasenya dari satu PG
dengan PG lainnya, bergantung pada pola prodkasi dan asal tebu.
Selama ini
pemanfaatan blotong umumnya adalah sebagai pupuk organik, dibeberapa PG daur
ulang blotong menjadi pupuk yang kemudian digunakan untuk produksi tebu di wilayah-wilayah tanam
para petani tebu. Proses penggunaan pupuk organik ini tidak rumit, setelah
dijemur selama beberapa minggu / bulan untuk diaerasi di tempat terbuka,
dimaksudkan untuk mengurangi temperatur dan kandungan Nitrogen yang berlebihan.
Dengan tetap menggunakan pupuk anorganik sebagai starter, maka penggunaan pupuk
organik blotong ini masih bisa diterima oleh masyarakat.
c. Limbah Tetes
Tetes atau
molasses merupakan produk sisa (by product) pada proses pembuatan gula. Tetes
diperoleh dari hasil pemisahan sirop low grade dimana gula dalam sirop tersebut
tidak dapat dikristalkan lagi. Pada pemrosesan gula tetes yang dihasilkan
sekitar 5 – 6 % tebu, sehingga untuk pabrik dengan kapasitas 6000 ton tebu per
hari menghasilkan tetes sekitar 300 ton sampai 360 ton tetes per hari. Walaupun
masih mengandung gula, tetes sangat tidak layak untuk dikonsumsi karena
mengandung kotoran-kotoran bukan gula yang membahayakan kesehatan. Penggunaan
tetes sebagian besar untuk industri fermentasi seperti alcohol, pabrik MSG,
pabrik pakan ternak dll.
2.2.2. Baku
mutu limbah cair industri gula
Dalam Keputusan
menteri NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI
KEGIATAN INDUSTRI pasal 1 menyebutkan:
1. Industri adalah
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi,
dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri;
2. baku Mutu
Limbah Cair Industri adalah batas maksimum limbah cair yang diperbolehkan
dibuang ke lingkungan;
3. Limbah cair
adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang
dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan;
4. Mutu Limbah
Cair adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan dengan debit, kadar dan beban
pencemaran;
5. Debit Maksimum
adalah debit tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan;
6. Kadar Maksimum
adalah kadar tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan;
7. Beban
Pencemaran Maksimum adalah beban tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke
lingkungan;
8. Menteri adalah
Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan hidup;
9. Bapedal adalah
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;
10. Gubernur
adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Gubernur kepala Daerah Khusus Ibukota
atau Gubernur Kepala Daerah Istimewa.
BAB
III
OBYEK
KKL
3.1
PG. Madukismo
PG Madukismo adalah salah satu
pabrik gula dan pabrik alkohol atau spirtus di Daerah Istimewa Yogyakarta yang
mengemban tugas untuk mengsukseskan program
pengadaan pangan Nasional, khususnya gula pasir. Sebagai Perusahaan padat karya
banyak menampung tenaga kerja dari Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dibangun
: Tahun 1955
Atas Prakarsa
: Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Diresmikan
: Tanggal 29 Mei 1958
Oleh Presiden RI Pertama Ir.Soekarno
Mulai Produksi : Pabrik
Gula
:
Tahun 1958
Pabrik
Spiritus : Tahun 1959
PG Madukismo berlokasi diatas Bangunan Pabrik
Gula Padokan (satu diantara 17 Pabrik Gula di DIY yang di bangun pada
pemerintahan Belanda tetapi dibumihanguskan pada masa pemerintahan Jepang) yang
terletak di desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Krontaktor utama yang digunakan
untuk proses pembuatan gula adalah Machine Fabriek
Sangerhausen yang berasal dari Jerman Timur.
Saat ini perusahaan ini berstatus
Perseroan Terbatas atau PT yang diberi nama Pabrik-pabrik Gula Madubaru PT. PG
Madubaru PT ini memiliki dua pabrik yaitu Pabrik Gula Madukismo dan Pabrik
Alkohol atau Spiritus Madukismo.
Perusahaan
ini didirikan dengan mempunyai visi dan misi sebagai berikut :
Visi :
Mendirikan PT. Madubaru (PG/PS Madukismo) perusahaan Argo
Industri yang unggul di Indonesia dengan menjadikan petani sebagai mitra
sejati.
Misi :
-
Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualitas untuk
memenuhi permintaan masyarakat industri di Indonesia.
-
Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang
ramah lingkungan, dikelola secara professional dan inovatif, memberikan
pelayanan prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani
-
Mengembangkan produk atau baru yang mendukung bisnis inti
-
Menempatkan karyawan dan stake hoders lainnya sebagai bagian
terpenting dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaiaan share
holders values.
3.2 UPT BPPTK LIPI
Unit Pelaksana Teknis Balai
Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan
Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002,
tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan
Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK). UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta merupakan
satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan Olahan Kimia
(BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan Yogyakarta.
Bagian dari UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di Lampung merupakan satuan kerja
terbesar di antara ketiga satuan kerja di atas. Kegiatan utama dari satuan
tersebut adalah pertanian. Kegiatan utama satuan kerja yang berada di Kabupaten
Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi pengolahan
pangan. Sub-satuan kerja yang berada di Bandung merupakan pusat kegiatan
administrasi dan beberapa percobaan laboratorium.
Pembentukan UPT Balai Pengembangan
Proses dan Teknologi Kimia pada dasarnya merupakan peleburan ketiga sub-satuan
kerja dari 3 lokasi dengan penekanan kegiatan yang berbeda dapat menimbulkan
dampak. Dampak tersebut perlu segera diantisipasi agar satuan kerja yang baru dapat
menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya secara optimal. Tugas pokok UPT BPPTK
mengacu pada LIPI yang memiliki tiga tanggung jawab, yaitu:
1. kepada dunia ilmu pengetahuan
2. kepada masyarakat
3. kepada pemegang kepentingan (stakeholders)
Penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi menjadi faktor penting dengan penekanan pada pengembangan riset
terapan untuk kepentingan masyarakat luas demi meningkatkan kemampuan
berkompetisi di era globalisasi dan pasar bebas. Pemantapan organisasi UPT
BPPTK LIPI untuk mengemban tanggung jawab tersebut adalah sangat penting
dilakukan oleh karena itu disadari perlu adanya sinergisme antar program, antar
proyek dan antar kegiatan. Namun demikian program/kegiatan tersebut harus
mempunyai fokus yang jelas dan tegas.
UPT BPPTK sebagai salah satu unit
eselon III di dalam organisasi LIPI menyusun Rencana Implementatif yang memuat
visi, misi, sasaran, strategi, kebijakan dan arahan program selama 5 tahun ke
depan, yaitu tahun 2010 – 2014 untuk mengikuti, merespon dan mengantisipasi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang muncul baik di dalam maupun di luar negeri
yang memerlukan pendekatan holistik dan berjangka panjang.
Lokasi UPT
BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten
Gunungkidul yang berjarak sekitar 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa
Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1 Gambar
Alat-alat
Gambar
|
Nama Alat
|
Fungsi
|
|
|
Alat
Pengilingan Tebu
|
Untuk mengiling dan memeras tebu agar terpisah
dari ampasnya
|
|
|
Tangki
serfobalance
|
Sebagai timbangan yang
mengunakan
sistem kontrol otomatis dengan kapasitas 4,3 ton dalam sekali timbang,
|
|
|
Alat Pemanas (Raw Juice Heating)
|
(Raw
Juice Heating) membantu untuk membunuh mikroba yang ada dalam nira untuk mempercepat reaksi
proses sulfitasi dan defikasi serta mencegah
terjadinya hidrolisis sukrosa.
Pengunaan panas yang diberikan tidak boleh terlalu
|
|
|
Turbin
|
- Kecepatan
putaran : 5800 rpm
- Tekanan masuk :
18 kg/cm2
- Daya : 3600 KW
Universitas Sumatera
Utara
- Jumlah : 2 unit
|
|
|
Tangki Defikator
|
Sebagai tempat proses pencampuran
susu kapur, agar pencampuran susu kapur
dengan nira menjadi merata, nira yang telah
ditampung direaktor dan sudah dicampur
dengan susu kapur diaduk dengan alat
pengaduk yang telah diatur kecepatannya.
Tujuan dari pengadukan ini supaya susu
kapur akan
menyebar.
|
|
|
Bejana pengendapan (door clarifier)
|
bejana pengendapan (door clarifier) prinsip kerja dari pengendapan adalah
memisahkan nira dengan kotoran yang
terkandung didalam nira dengan tidak
merusak nira itu sendiri.
|
|
|
|
Rotary Vacum Filtrasion
|
Sebagai alat pembantu dalam proses penyaringan.
|
|
Alat pemasakan
|
Sebagai alat pemasakan yang bertujuan untuk
mengkristalkan gula atau mengubah bentuk sukrosa dari zat terlarut dalam nira
menjadi padat berbentuk kristal gula
|
|
|
Evaporator
|
- Type : Calandria/ KHI
Japan
- Volume : 1500 m2
- Jumlah : 5 unit
- Diameter pipa :
36 mm
- Tebal pipa : 1,5
mm
- Jumlah pipa :
5790 batang
- Fungsi : Tanki
pengupan nira
|
|
|
Tangki sulfitase
|
Peti Sulfitasi Nira Mentah
- Kapasitas : 18 m3/jam
- Diameter tangki
: 2700 mm
- Tinggi tangki :
6000 mm
- Type : Cylindrial
- Produksi : KHI, Japan
- Fungsi : Tangki
pencampuran nira mentah dengan
belerang
|
|
|
Condensat
|
Condensat Receiver
- Merk/Type : Little King/
TF-70-NNR// Ebara Japan
- Kapasitas : 2 m2/jam
- Temperatur :
1000C
- Fungsi : Tempat
penampung air kondensat
|
|
4.2
PG. Madukismo
Alam merupakan tempat yang Allah
ciptakan sebagai tempat untuk menambah ilmu. Memperhatikan alam semesta,
diharapkan semakin sadar bahwa dirinya diciptakan Allah yang mendapat rizqi.
Allah juga yang menghidupkan dan mematikan makhluq-Nya.
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ () قُلْ لِمَنْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلْ لِلَّهِ كَتَبَ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ ()
Katakanlah: "Bepergianlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu". Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah". Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman. Qs.6:11-12
Perintah bepergian pada ayat 11 dirangkainkan dengan perintah meneliti akibat yang dipikul oleh para pendusta. Kemudian pada ayt 12 diperintahkan agar setiap umat lebih mayakini yang ada dilangit dan di bumi adalah milik Allah. Allah SWT juga telah mewajibkan pada diri-Nya untuk mencurahkan kasih saying, serta mengumpulkan manusia di hari kiamat. Dengan demikian bepergian di muka bumi berfungsi sebagai usaha mempertebal iman.
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ () قُلْ لِمَنْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلْ لِلَّهِ كَتَبَ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ ()
Katakanlah: "Bepergianlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu". Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah". Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman. Qs.6:11-12
Perintah bepergian pada ayat 11 dirangkainkan dengan perintah meneliti akibat yang dipikul oleh para pendusta. Kemudian pada ayt 12 diperintahkan agar setiap umat lebih mayakini yang ada dilangit dan di bumi adalah milik Allah. Allah SWT juga telah mewajibkan pada diri-Nya untuk mencurahkan kasih saying, serta mengumpulkan manusia di hari kiamat. Dengan demikian bepergian di muka bumi berfungsi sebagai usaha mempertebal iman.
PG Madukismo adalah
pabrik gula terbesar yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kami sampai di PG Madukismo sekitar
pukul 08.00 WIB langsung memasuki aula pertemuan. Di aula pertemuan kami
disambut oleh pemandu kunjungan industri yang termasuk salah satu pegawai PG
Madukismo. Dengan jelas dan lengkap mereka menerangkan kegiatan-kegiatan yang
biasa dilakukan di PG Madukismo. Dalam kegiatan ini kami diberi kesempatan
untuk bertanya, salah satu teman kami menanyakan tentang kualitas gula menurut
warna yang biasa ada di pasaran. Warna yang dihasilkan oleh gula yang ada di
pasaran tersebut bisa disebabkan oleh filtrasi atau proses penyaringan yang
lebih banyak atau lebih sedikit misalnya gula tersebut berwarna cokelat hal itu
karena poses filtrasi yang sedikit dan sebaliknya, ujar pemandu PG Madukismo.
Selanjutnya, kami diajak melihat proses
pembuatan gula Madukismo secara langsung ke pabriknya. Yang asyiknya perjalanan
dari aula pertemuan ke pabrik gula Madukismo kami diantar oleh kereta wisata
yang memang biasanya digunakan untuk mengantar para pengunjung yang ingin
mengetahui cara membuat gula secara langung.
Kami pikir pabrik gula Madukismo
tersebut rapi, bersih, dan steril (melihat dari aula pertemuan tadi dan
penjelasan lewat media visual) namun ketika kami mengunjunginya ternyata
berbanding terbalik dari yang kami fikirkan. Pabrik gula Madukismo terlihat
kotor mulai dari jalan yang berserakan batang-batang tebu yang berjatuhan,
mesin-mesin yang terlihat sangat kotor dan tidak steril, bau yang tercium
ketika memasuki pabrik yang sangat menyengat.
Tidak hanya diajak ke pabrik proses
pembuatan gula, kamipun diajak ke tempat packing gula dan gudang penyimpanan
gula. Gula-gula yang sudah diolah di packing ditempat ini dengan mesin-mesin
modern kemudian disimpan di gudang. Penyimpanan gula tidak menyentuh tanah yang
artinya penyimpanan gula disimpan dengan dialaskan kayu-kayu yang di
jajar-jajarkan.
Berikut
adalah struktur organisasi yang ada:
4.3
LIPI Gunung Kidul
Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan
Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jakarta,
disingkat UUPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan surat Keputusan
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni
2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan
Teknologi Kimia.
Lokasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan
Playen, Kabupaten Gunung Kidul yang berjarak 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa
Tirtonimolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Banyak riset yang dilakukan
oleh LIPI Gunung Kidul diantaranya adalah, membuat kalengan gudeg, membuat
Biogas, membuat pakan ternak, membuat the, dan masih banyak lagi.
Kita semua pasti tak asing dengan Gudeg sebuah makanan
tradisional khas Yogyakarta. Makanan yang terbuat dari nangka muda ini
kebanyakan tersaji di warung, rumah makan, maupun tempat lainnya. Sayang,
kenikmatan Gudeg tidak bisa disajikan dalam waktu lama. Gudeg hanya bisa
bertahan tidak lebih dari tiga hari saja.
Kebutuhan produk hasil ternak erat
kaitannya dengan tuntutan adanya kualitas produk hasil ternak yang aman dan
sehat bagi konsumen. Tingginya kadar kolesterol dan beberapa asam lemak jenuh
dapat menjadi ancaman bagi kesehatan manusia sehingga perlu upaya untuk
meningkatkan kualitas hasil ternak dengan pendekatan nutrisi (nutritional approach).
Untuk menunjang capaian produk pangan asal ternak yang sehat dan aman, perlu
perhatian terhadap kuantitas dan kualitas bahan dan produk pakan.
Ketersediaan pakan baik secara
kuantitas dan kualitas merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha
peternakan unggas maupun ruminansia. Kendala utama dalam penyediaan pakan
ternak adalah sulitnya bahan baku pakan, kadar zat makanan (nutrient)
yang terkandung dalam bahan baku pakan rendah kualitasnya sehingga belum
memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
keterbatasan rendahnya kualitas bahan pakan adalah dengan pengembangan
teknologi pengolahan pakan, peningkatan asupan nutrient melalui
pemberian suplemen pakan (feed supplement) dan peningkatan utilitas
pakan dengan pemberian aditif pakan (feed additive). Pemberian
suplemen dan aditif pakan ditujukan tidak hanya untuk mengejar aspek
produktivitas ternak, namun sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan
keamanan produk ternak terhadap konsumen.
Tantangan terbesar dalam
pengembangan teknologi pengolahan pakan adalah mencakup tiga aspek yaitu
peningkatan kualitas pakan, daya simpan dan nilai ekonomisnya. Mengingat
sebagian besar bahan baku pakan khususnya pakan ternak ruminansia bersumber
dari limbah tanaman pangan dan agroindustri, teknologi yang akan dikembangkan
harus mampu mengatasi keterbatasan bahan pakan, seperti kadar serat tinggi,
rendahnya protein kasar dan keberadaan senyawa toksik (racun) pada beberapa
hijauan. Pengembangan teknologi bahan pakan berserat tinggi ini dilakukan
dengan dua pendekatan yakni pengolahan secara mekanik dan pengolahan dengan
fermentasi baik an aerob maupun semi aerob untuk mendukung
kemudahan aplikasi teknologi di tingkat peternakan rakyat dan industri.
Pendekatan suplementasi pakan juga
ditujukan untuk mengatasi kekurangan beberapa unsur zat makanan makro maupun
mikro sehingga dicapai suatu keseimbangan (balanced nutrient), sedangkan
pemberian aditif pakan berperan dalam aktivasi dan optimasi proses absorpsi zat
makanan dalam sistem pencernaan ternak. Melalui pendekatan pengolahan pakan,
pemberian suplemen dan aditif tersebut diharapkan optimasi produktivitas ternak
dapat meningkatkan efesiensi sekaligus kualitas produk ternak.
Kegiatan penelitian bidang pakan dan
nutrisi ternak dikategorikan dalam 2 kegiatan penelitian yaitu pengembangan bioaditive
untuk meningkatkan pertumbuhan (growth promotor) dan mendukung sistem
kekebalan (immunostimulator) dan modifikasi pakan (modified feed)
untuk peningkatan nilai tambah produk ternak yang aman dan sehat. Pembuatan bioaditive
dilakukan dengan memanfaatkan peranan bakteri asam laktat dengan kombinasi
bahan organik yang mengandung bioaktif yang memiliki aktivitas antimikrobia dan
menstimulasi sistem kekebalan tubuh ternak. Produk yang dihasilkan dari
aplikasi produk bioaditive yang aman dan kaya akan nutrient esensial
diharapkan akan memberikan kontribusi dalam penyediaan bahan pangan hewani
sebegai sumber protein utama, aman dan menyehatkan.
Integrasi peternakan dengan bidang
pertanian lainnya juga diarahkan pada suatu sistem budidaya peternakan yang
ramah lingkungan (zero waste system). Kegiatan ini mencakup pengelolaan
limbah pertanian sebagai sumber energi alternatif dan biofertilizer yang
nantinya diarahkan tidak hanya sekedar pupuk tunggal namun juga pupuk yang
memiliki spesifikasi terhadap tanaman dan bahan penangkal hama dan penyakit
tertentu. Fortifikasi pupuk dengan bahan-bahan alam akan diintegrasikan dengan
kegiatan program penelitian bahan alam dalam program diseminasi dan implementasi
IPTEK.
Pembuatan
Biogas dengan Memanfaatkan Kotoran Sapi
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini
adalah:
- P.G. Madukismo didirikan pada tahun 1955 atas persetujuan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sementara itu BPPTK LIPI Gunung Kidul, Yogyakarta dibentuk dengang keputusan dari LIPI nomor 1022/M/2002,12 Juni 2002.
- PG Madukismo memproduksi Gula Unggul dan bahan sampinganny dimanfaatkan untuk produksi Pabrik Spirtus/Alkohol
- BPPTK LIPI mengembangkan variasi temuan produk unggul khususnya dalam bidang Peternakan, Pangan dengan memberikan inovasi atas produknya tersebut.
5.2
Saran
Saran dari laporan ini adalah :
Kegiatan KKL ini saya rasa cukup
bermanfaat, selain kita bisa menambah berbagai ilmu dengan terjun langsung di
lapangan kita juga bisa sejenak melepas kejenuhan atas rutinitas akademika
sehari-hari. Saya rasa kegiatan KKL ini bisa dilakukan lagi pada lain waktu.
LAMPIRAN
FOTO KELOMPOK
BetMGM Casino App - JT Hub
BalasHapusSign 양주 출장샵 up, deposit and use 정읍 출장마사지 our 경주 출장안마 BetMGM Casino bonus code MAXBONUS for an instant play or a full game account. The 공주 출장마사지 bonus code 원주 출장샵 is MAXBONUS.