Minggu, 26 Oktober 2014

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)
IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN MAKROALGA CHLOROPHYTA
Di PANTAI KONDANG MERAK
MALANG
Dosen Pengampu :
Drs. Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati Laili, M.Si

                                                     


Disusun oleh:

KELOMPOK II

Rahma Rahiima K                                    (13620090)
Moh Faiz nashrulloh                                 (13620114 )
Ana faiqotul maghfiroh                            (13620103 )
Ahmad Basori alwi                                  ( 13620093)
Nurul Baroroh                                          (13620119)




JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKHNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Indonesia dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman  hayati  (biodiversity)  yang tinggi, diantaranya adalah Pantai Kondang Merak berlokasi di Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, Kabupaten Malang Selatan atau Bantur. Merupakan salah satu pantai di daerah malang yang masih alami  termasuk  keanekaragaman  hayati lautnya. Salah satu organisme  laut  yang banyak  dijumpai  di  pantai kondang merak adalah makroalga. 
Makroalga merupakan  alga  yang  berukuran  besar, dari beberapa centimeter (cm) sampai bermeter- meter.   Alga sendiri adalah organisme yang masuk ke  dalam  Kingdom  Protista  mirip dengan  tumbuhan,  dengan  struktur  tubuh berupa  talus.  Alga  mempunyai  pigmen klorofil  sehingga  dapat berfotosintesis. Alga kebanyakan hidup di wilayah perairan, baik perairan tawar maupun perairan laut.Makroalga  sebagian  besar  hidup  di perairan  laut.  Untuk  dapat  tumbuh, makroalga  tersebut  memerlukan  substrat untuk  tempat  menempel/hidup.  makroalga epifit  pada  benda-benda  lain  seperti,  batu, batu  berpasir,  tanah  berpasir,  kayu, cangkang  moluska,  dan  epifit  pada tumbuhan  lain  atau  makroalga  jenis  yang lain(Marianingsih, Amelia, dan Suroto,2013:219).  Seperti dalam surat az-zumar ayat 21 yakni sebagai berikut:
·         ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ
Artinya: "ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya," (QS: 039: 21)
Potongan ayat al-Qur'an di atas memang tidak menyebutkan jumlah spesies-spesies tumbuhan sedetail botani umum, tetapi lebih jauh telah mengisyaratkan hal-hal yang sangat dalam seperti menceritakan: "Kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung"; "Tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya"; "Tanaman yang daripadanya makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri"; "Tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya"; dan "Kebun-kebun yang lebat". 
Ayat-ayat tersebut secara eksplisit telah memberitahukan tentang organisme tumbuhan, spesies-spesiesnya, bermacam-macam warnanya serta kebun-kebun yang lebat. Dan bahkan al-Qur'an secara tegas menyebutkan tidak sedikit dari jenis-jenis tumbuhan-tumbuhan tertentu. Salah satunya adalah alga yang memiliki berbagai macam jenis dengan warna yang berbeda-beda dan bentuk yang berbeda-beda pula.
1.2  TUJUAN
Tujuan pada laporan ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mempelajari organisasi thallus pada divisio alga chlorophyta di Pantai Kondang Merak, Malang Selatan.
2.      Untuk mengetahui morfologi alga divisio chlorophyta di Pantai Kondang Merak, Malang Selatan.
3.      Untuk mengetahui siklus hidup/reproduksi alga chlorophyta di Pantai Kondang Merak, Malang Selatan.
1.3  MANFAAT
Manfaat pada laporan ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui berbagai macam bentuk dari jenis makroalga.
2.      Informasi bagi masyarakat mengenai biota laut termasuk alga yang ada di Pantai Kondang Merak, Malang Selatan.




















BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Alga
Alga termasuk golongan tumbuhan berklorofil dengan jaringan tubuh yang secara relatif tidak berdiferensiasi, tidak membentuk akar batang dan daun. Tubuh Alga atau ganggang secara keseluruhan disebut dengan talus ganggang dan golongan Thallopyta yang lain dianggap sebagai bentuk tumbuhan rendah yaitu tumbuhan yang mempunyai hubugan kekeluargaan yang sangat erat dengan organisme lain yang paling primitif dan mulai muncul pertama di bumi sifat tumbuhan rendah yang memiliki stuktur yang kompleks, diperkirakan terdapat sekitar 30.0000 spesies ganggang yang tumbuh  di bumi, kebanyakan diantaranya hidup di laut, species yang hidup  di air tawar kelihatannya mempunyai arah perkembangan yang lebih leluasa, jika dibandingkan dengan bentuk yang hidup di darat (Tjitrosoepomo,   1983).
2.2 Makro alga
            Makroalgae adalah salah satu flora yang hidupdalam air laut, kehadirannya dapat dijumpai di paparanterumbu karang Perairan pantai Kepulauan Anambaspada posisi : 10. 30'-030. 30' LU dan 1050. 20'-1060. 30'BT.  Makroalgae  di  paparan  terumbu  karang  dapatdipengaruhi oleh  beberapa factor  antara  lain  faktorabiotik dan biotik.     Pemangsa makroalgaa dimakan oleh ikan-ikan yang bersifat herbivore (Round, 1980). Kompetisimakroalgae  dengan  biota  karang  dilakukan  dalamperolehan zat hara pada ruang tumbuh yang sama (Nybakken, 1992). Arthur, (1972), menyatakan bahwa kompleksitas habitat berpengaruh terhadap kelimpahan        dan keragaman jenis. Substrat dasar makroalgae yangutama yakni pasir, pecahan karang, karang mati, danbatu karang.(Kadi,2009)
            Alga  merupakan  salah  satu sumberdaya  alam hayati  laut  yang  bernilai ekonomis  dan  memiliki  peranan  ekologis sebagai  produsen  yang  tinggi  dalam  rantai makanan  dan  tempat  pemijahan  biota-biota laut  (Bold  and  Wyne,  1985).  Studi  alga  laut di  Indonesia pernah dilakukan oleh Rumpius pada  tahun  1750  di  perairan  Ambon. Pengkajian secara intensif dilaksanakan pada ekspedisi  “Siboga”  pada  tahun  1899-1900 oleh  Weber-Van  Bosse  di  perairan  bagian Indonesia.  Ekspedisi  ini  berhasil mendeskripsikan  782  spesies  alga  makro  di antaranya  196  Chlorophyta,  134  Phaeophyta dan  452  Rhodophyta  (Anggadiredja  et  al., 2009). (Marnix,2011)
            Alga  makro  memiliki  manfaat  yang sangat banyak yang digunakan dalam bidang industri,  makanan,  obat-obatan  dan  energi. Sehingga  permintaan  untuk  komoditi  alga makro semakin meningkat.  Untuk memenuhi keperluan  tersebut  tidak  hanya  bergantung pada  potensi  produksi  alam  saja,  tetapi masyarakat  harus  melakukan  budidaya  alga makro,  sehingga  spesies-spesies  alga  makrotersebut  perlu  diketahui  potensi  dan pengembangan  produksinya  sesuai  dengan yang  diperlukan,  untuk  itu  pelatihan mengenal  spesies-spesies  alga laut Indonesia perlu  dilakukan  terutama  di  kalangan pendidikan  dan  perguruan  tinggi,  sehingga tentunya  dapat  membantu  pengembangan ilmu dan pendidikan (Sulistijo, 2009). (Marnix,2011).
2.3 Morfologi Makroalga
Dari segi morfologinya, makroalga tidak memperlihatkan  adanya perbedaan antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan tanaman ini memiliki morfologi yang mirip,  walaupun  sebenarnya  berbeda.  Sumich,  (1992),   menyatakan  bahwa  tubuh makroalga umumnya disebut “tallus”. Talus merupakan tubuh vegetatif alga yang belum mengenal  diferensiasi  akar,  batang  dan  daun  sebagaimana  yang  ditemukan  pada tumbuhan  tingkat  tinggi.  Talus  makroalga  umunya  terdiri  atas  “blade”  yang  memiliki bentuk  seperti  daun,  “stipe”  (bagian  yang  menyerupai  batang)  dan  “holdfast”  yang merupakan  bagian  talus  yang  serupa  dengan  akar.  Pada  beberapa  jenis  makroalga, “stipe” tidak dijumpai dan “blade” melekat langsung pada “holdfast”. (Palallo,2013).
Secara sepintas banyak alga memperlihatkan bentuk luar seperti mempunyai akar, batang, daun, dan bahkan buah. Alga pada hakikatnya tidak mempunyai  akar,  batang  dan  daun  seperti  terdapat  pada  tumbuhan  yang  lazim  telah dikenal.  Seluruh  wujud  alga  itu  terdiri  dari  seperti  batang  yang  disebut  “talus”,  hanya bentuknya  yang  beraneka  ragam.  Makroalga  memiliki  substansi  yang  beragam,  ada yang lunak, keras mengandung kapur, berserabut dan lain- lain.(Nontji 1993),
Bentuk  talus  makroalga  bermacam-macam,  antara  lain  bulat  seperti  tabung, pipih,  gepeng,  bulat  seperti  kantong  dan  rambut  dan  sebagainya.  Percabangan  talus ada yang dichotomous (bercabang dua terus menerus), pectinate (berderet searah pada satu sisi talus utama), pinnate  (bercabang dua-dua pada sepanjang talus utama secara berselang seling),  ferticillate  (cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama dan adapula yang sederhana dan tidak bercabang (Aslan, 1998). (Palallo,2013).
2.4 Chlorophyta
Kelompok organisme yang besar ini disebut alga hijau, terutama terdiri dari spesies-spesies air tawar. Sebagian ganggang hijau mengandung satu kloroplas yang berisikan pusat-pusat pembentukan pati yang dinamakan pirenoid. Alga hijau (green Algae) dinamai berdasarkan kloroplasnya yang berwarna hijau rumput itu yang sangat mirip dengan kloroplas dari organisme yang secara tradisional kita sebut tumbuhan dalam hal ultrastruktur dan komposisi pigmennya. Sistematika molekular dan morfologi selular hanya meninggalkan sedikit keraguan bahwa alga hijau dan tumbuhan berkerabat sangat dekat, pada kenyataanya sejumlah ahli sistematika sekarang mendukung dimasukannya alga hijau dalam kingdom tumbuhan. Bukti-bukti kuat mendukung hipotesis bahwa alga hijau dan tumbuhan berasal dari satu nenek moyang bersama yang berbeda dari nenek moyang stramenopila dan alga merah. Nenek moyang bersama itu kemungkinan suatu autotrof fotosintetik yang muncul melalui penyatuan endosimbiotik antara eukariota heterotropik berflagelata dan cyanophyta (Michael, 1986).
Lebih dari 7000 spesies alga hijau telah diidentifikasi. Sebagian besar diantaranya hidup di air tawar, akan tetapi ada juga yang merupakan spesies laut. Berbagai spesies alga hijau uniselular hidup hidup sebagai plankton atau menghuni tanah yang lembab atau salju. Beberapa spesies lainnya hidup secara simbiotik di dalam eukariota lainnya, yang memberikan sebagian produk fotosintesisnya untuk cadangan makanan inangnya. Klorophyta merupakan salah satu alga hidup simbiotik dengan fungsi dalam kumpulan mutualistik yang dikenal sebagai lichen atau lumut kerak (Campbell, 2004).
Alga ini merupakan kelompok terbesar vegetasi alga. Alga hijau (Chlorophyceae) termasuk dalam divisi chlorophyta bersama dengan charophyceae. Perbedaan dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil. Hasil asimilasi beberapa amilum, penyusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amylose dan amilopektin. (sulisetjono,2009)
Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem.Berbagai jenis alga yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun fitoplankton.Sebagian besar fitoplankton adalah angggota alga hijau, pigmen klorofil yang demikian efektif melakukan fotositesis sehingga alga hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.(sulisetjono,2009)
Selainituchorella salah satu anggota dari chlorophyceae memiliki nilai gizi sangat tinggi dibandingkan jenis jasad lain. Di dalam sel chorella masih pula terdapat chorelinya itu semacam antibiotic yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.(sulisetjono,2009)
2.5 Habitat Chlorophyceae
            Chlorophyceae terdiri atas sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk koloni yang menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Biasanya hidup dalam air tawar, merupakan suatu penyusun plankton atau sebagai bentos.Yang bersel besar ada yang hidup di air laut, terutama dekat pantai. Ada jens-jenis chlorophyceae yang hidup pada tanah-tanah yang basah, bahkan ada diantaranya yang tahan kekeringan (Tjitrosoepomo, 2011).
            Alga hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya di air lautdan air payau. Alga hijau yang hidup di laut tumbuh di sepanjang perairan yang dangkal. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut. Sebagian yang hidup di air laut merupakan mikro alga seperti Ulvales dan Sphonales. (sulisetjono,2009)
Jenis yang hidup di air tawar sebagiannya bersifat kosmopolit, terutama hidup di tempat yang cahayanya cukup seperti kolam, danau, genangan air hujan, pada air mengalir (air sungai, selokan).Alga hijau ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu batu-batuan, tanah lembab, dan kulit batang pohon yang lembab (Protocoocus, Trenrepohlia). (sulisetjono,2009)
            Pada beberapa anggota bangsa Zygnematales, Odogonium, Pithophoratumbuh di air mengapung atau melayang. Sebagian besar dari  bangsa Volvocales, Chlorococcales, dan Desmidiaceae hidup di permukaan air sebagi plankton. Beberapa jenis tumbuh-tumbuhan melekat pada organisme lain baik tumbuhan atau hewan. (sulisetjono,2009)

2.6  Reproduksi Chlorophyceae
            Perkembang biakan terjadi secara (Tjitrosoepomo, 2011)
1.      Aseksual dengan membentuk zoospora, yang berbentuk buah per dengan 2-4 bulu cambuk tanpa rambut-rambut mengkilap pada ujungnya, mempunyai 2 vakuola kontraktil, kebanyakan juga suatu bintik mata merah, dengan kloropas di bagian bawah yang berbentuk piala atau pot.
2.      Seksual dengan aniosogami. Gamet o selalu bergerak bebas dan sangat menyruapai zoospora. Gamet o kadang-kadang tidak bergerak, jadi merupakan suatu oogonium. Perkawinan terjadi karena adanya daya tarik yang bersifat kemotaksis. Zigot biasanya suatu sel yang bedinding tebal, bulat, dan kadang-kadang berwarna merah karena mengandung hemakrom.
Kebayakan chlorophyta memiliki siklus hidup yang kompleks, dengan tahap-tahap reproduktif seksual maupun aseksual. Hampir semua spesies dengan gamet-gamet biflagelata yang memiliki kloroplas=kloroplas berbentuk mangkok. Pergiliran generasi telah dievolusikan pada sikus hidup chlorophyta, termasuk Ulva, yang pergeliran generasinya bersifat isomorfik. (Campbell,2008)


















BAB III
METODE PRAKTIKUM

 3.1 Waktu dan Tempat
Study lapangan keanekaragaman alga ini dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 11-12 Oktober 2014. Pengamatan alga dilakukan pada Sabtu sore hari sekitar pukul16.00-17.30 WIB dan dilakukan identifikasi alga pada Minggu pagi pukul 06.30-07.30 WIB. Pengamatan alga ini bertempat di daerah Malang bagian selatan, tepatnya di pantai Kondang Merak yang berada di Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.

3.2 Alat dan Bahan
            3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah:
a)    Alat Tulis
b)    Penggaris
c)    Kamera digital
f)     Plastik ukuran 1kg
g)    Kantong plastik besar
h)    Kertas label
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah makroalga divisi Chlorophyta yang ada di pantai Kondang Merak.

3.3 Cara Kerja
            Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1.      Disiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2.      Dicari spesies alga yang masuk ke dalam divisi Chlorophyta di kawasan pantai Kondang Merak dengan panduan Seaweed from India
3.      Diukur dengan penggaris dan difoto dengan kamera.
4.      Diidentifikasi ciri-cirinya dan diklasifikasikan jenis spesiesnya.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
4.1 Chaetomorpha antennina
4.1.1 Hasil
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur

  



Kingdom: Plantae
            Divisio: Chlorophyta
                        Classis: Chloropyceae
                                    Ordo: Cladopharales
                                                Family: Cladopharaceae
                                                            Genus: Chaetomorpha
                                                                        Spesies:Chaetomorpha antennina

4.1.2 Pembahasan
            Hasil penelitian mengenai makroalga ditemukan spesies makroalga Chaetomorpha antennina melekat pada substrat batuan karang di kawasan pasang surut bibir pantai Kondang Merak.Alga ini termasuk divisi Chlorophyta dari kelas Chlorophyceae. Dari pengamatan yang dilakukan diketahui panjang talus 7-8 cm, berwarna hijau, talus C.antennina berbentuk lurus dan filamen bercabang, tekstur lembut dan lunak, blade dan stipe tidak bisa dibedakan, namun holdfast bisa diketahui dari struktur yang menyerupai serabut seperti akar           
            Habitat Chaetomorpha antennina ini yaitu pada daerah pasang surut laut yang berdasar karang pasir.Melekat pada pecahan karang atau substrat padat lainnya.Pada musim tertentu biasanya tumbuh sangat banyak bersama kelompok Chaetomorpha dan Ulva.Alga ini merupakan divisi Chlorophyta pigmen penyusun adalah klorofil a dan b Chaetomorpha antennina termasuk suku Cladophoreceae yaitu memiliki talus berupa filamen yang bercabang biasanya sesil pada substrat dengan perantara rhizoid. Percabangan biasanya lateral tetapi sering pada dikotomis. Percabanagn berasal dari pertumbuhan lateralujung sebuah sel dan biasanya hanya terjadi pada sel di dekat ujung filamen (Sulisetjono, 2009).
            Perkembangbiakan marga Cladophora ini yaitu secara vegetatif, seksual dan aseksual.Secara vegetatif yaitu ditandai dengan talus yang mati merupakan nutrisi bagi rhizoid untuk tumbuh membentuk filamen baru.Sedangkan secara aseksual yaitu zoospora quadriflagela dibentuk oleh sel-sel dekat ujung filamen.Awal dari pembentukan zoospora adalah pembelahan inti.Pada jenis tertentu pembelahan itu meiosis, kemudian terjadi pembelahan berulang-ulang dari protoplasma sehingga terbentuk banyak zoospora.Zoospora keluar melalui lubang kecil di dinding sel. Zoospora tumbuh menjadi dua cabang, cabang yang tegak menjadi talus dan cabang yang terdalam menjadi rhizoid. Secara seksual  tumbuhan Cladophora dapat bersifat homotalik atau heterotalik. Struktur dari tiap gamet sangat serupa dengan zoospora kecuali ukuran lebih kecil dan dengan 2 flagela.Setelah dilepaskan dari sel induk, kedua gamet berpasangan membentuk zigot.Zigot tanpa melalui periode istirahat dengan berkecambah membentuk tumbuhan baru.Pembelahan reduksi pada saat pembentukan spora (Sulisetjono, 2009).

4.2 Claurela racemosa
4.2.1 Hasil
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur





Klasifikasi
           Kingdom Plantae
                       Divisio Chlorophyta
                                   Kelas Chlorophyceae
                                               Ordo Caulerpales
                                                           Famili Caulerpaceae
                                                                       Genus Caulerpa
                                                                                   Spesies Caulerpa racemosa
4.2.2 Pembahasan
         Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan mengenai makroalga ditemukan spesies Caulerpa racemosa, spesies ini mempunyai bentuk susunan tubuh yang terdiri dari talus berbentuk unik mirip seperti buah anggur berwarna hijau, berwarna hijau dikarenakan spesies ini temasuk kedalam divisio Chlorophyta. Selain itu makroalga jenisCaulerpa racemosa ini termasuk kedalam jenis makroalga yang mempunyai talus berbentuk bulat atau silindris, karena pada bagian tubuhnya terdiri dari bulatan-bulatan kecil yang berbentuk bulat, keunikan lain  pada makroalga jenis Caulerpa ini yaitu pada setiap talusnya memiliki cabang utama yang berupa axis/stolon sehingga pada spesies jenis Caulerpa racemosa ini  dimasukkan sebagai bangsa siphonales (stolon berbentuk seperti pipa). Pada makroalga jenis ini juga memiliki holdfast yang berfungsi sebagai tempat dia menempel kepada suatu substrat holdfast pada Caulerpa racemosa ini terletak menyebar di seluruh axis atau stolonnya. Biasanyanya spesies jenis Caulerpa racemosa ini banyak di temukan di daerah pesisir pantai dan melekat pada terumbu karang maupun batuan karang yang ada di sekitar pantai. Dikatakan (Anonim, 1991) bahwa Kebanyakan jenis ini tidak tahan terhadap kondisi kering, oleh karena itu tumbuh pada saat surut terendah yang masih tergenang air.
Menurut (Sulisetijono, 2009) alga adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan thalus (uniselular dan multiselular), alat reproduksi pada umumnya berupa sel tunggal, meskipun ada juga alga yang alat reproduksinya tersusun dari banyak sel .
Menurut (Tjitrosoepomo, 1998) Alga hijau (Chlorophyceae) termasuk  dalam divisi Chlorophyta. Perbedaan dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan b, karotin dan xantofil, violasantin, dan lutein.  Pada kloroplas terdapat pirenoid, hasil  asimilasi berupa tepung dan lemak. Hasil asimilasi beberapa amilum, penyusunnya sama seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amilose dan amilopektin.

Caulerpa sp. Susunan tubuhnya tubular yaitu talus yang memiliki banyak inti tanpa sekat melintang. Diding selnya mengandung xylan atau mannan. Bentuknya seperti rambut atau filament. Caulerpa sp bisa menghasilkan asam alginate sebagai bahan dasar kosmetik (Sulisetjono, 2009).

Caulerpa racemosa adalah satu dari berbagai spesies rumput laut yang tumbuh secara alami di perairan Indonesia. Caulerpa racemosa ditemukan tumbuh pada substrat koral atau pada pasir dan pecahan karang. Caulerpa racemosa bersifat edible atau dapat dikonsumsi manusia. Di Indonesia Caulerpa racemosa telah dimanfaatkan sebagai sayuran segar atau lalap, namun konsumennya masih terbatas pada keluarga nelayan atau masyarakat pesisir. Seperti tanaman lainnya, Caulerpa racemosa memproduksi metabolit primer dan sekunder. Metabolit sekunder adalah senyawa yang disintesis oleh tanaman sebagai respon terhadap rangsangan dari luar. Salah satu jenis metabolit sekunder adalah antioksidan. Tingkat produksi antioksidan sebagai metabolit sekunder merupakan fungsi genetik, lingkungan, dan kesehatan tanaman. Kehadiran senyawa antioksidan sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia, dan saat ini para ahli pangan banyak melakukan penelitian untuk mencari antioksidan alami (Fithriani dan Diini, 2009).
Menurut (Azizah, 2006) rumput laut dengan nama lokal Latoh (Caulerpa racemosa) merupakan makro alga hijau yang sering dimanfaatkan sebagai makanan bagi masyarakat sekitar pantai. Akan tetapi ketersediaannya masih dalam jumlah yang sangat terbatas dan musiman, karena masih tergantung dari alam dan belum dibudidayakan secara baik dan benar.
Di Indonesia Caulerpa sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dengan cara dimakan mentah sebagai lalapan atau sebagai sayur. Bahan makanan ini mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi sebagai sumber protein nabati, mineral maupun vitamin.telah menganalisa kandungan gizi beberapa jenis rumput laut. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa secara umum rumput laut mengandung air yang tinggi yaitu sekitar 80 - 90 %, protein 17 - 27 %, lemak 0.08 - 1.9 %, karbohidrat 39 - 50 %, serat 1.3 - 12.4 % dan abu 8.15 - 16.9 % (Azizah,2006).



BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Kesimpulan yang didapatkan dari hasil KKL ini adalah :
1.      Chaetomorpha antennina merupakan alga divisi Chlorophyta. Pigmen penyusun dari alga ini adalah klorofil a, b. Bentuk talus C.antennina yaitu berbentuk lurus dan filamen bercabang, tekstur lembut dan lunak, blade dan stipe tidak bisa dibedakan, namun holdfast bisa diketahui dari struktur yang menyerupai serabut seperti akar.
2.      Caulerpa racimosa masuk dalam divisi chlorophyta mengandung pigmen klorofil a dan b, karotin dan xantofil, violasantin, dan lutein. Berbentuk bulat bulat dengan tangkai, tekstur keras dan mudah patah. Biasanya dikenal dengan nama anggur laut.
5.2 Saran
KKL ini sudah cukup bagus namun dirasa kurang dalam hal persiapan sehingga kegiatannya pun terkesan hambar dan dipaksakan.


















                                                      
DAFTAR PUSTAKA

Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta: Kanisius
Azizah, Ria TN. 2006. Percobaan Berbagai Macam Metode Budidaya Latoh (caulerp                                                        racemosa) Sebagai Upaya Menunjang Kontinuitas Produksi. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol. 11, No. 02, Hal :101-105
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G.  2002.  Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Kadi, achmad. 2009. Makroalgae di Paparan Terumbu Karang Kepulauan Ambalas. Jurnal      Natur Indonesia. Vol. 12, No. 1, Hal: 49-53.
Michael, P.J. 1986. Dasar-dasar Mikrobiology. Jakarta: UI Press
Marnix, Langoy,Saroyo, Farha, Dapas, Deidy,Katil dan Hamsir, Syamsul Bachry. 2011. Deskripsi Alga Makro Di Taman Wisata Alam BatuPutih Kota Bitung. Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 11, No.2, Hal: -
Palallo, alfian. 2013. DISTRIBUSI MAKROALGA PADA EKOSISTEM LAMUN DAN TERUMBU KARANG DI PULAU BONEBATANG, KECAMATANUJUNG TANAH, KELURAHAN BARRANG LOMPO, MAKASSAR. Makasar: Universitas Hasanuddin
Sulisetjono. 2009. Bahan Serahan Alga. Malang: UIN PRESS
Tjitrosoepomo, gembong. 2011Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM PRESS