LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)
IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN MAKROALGA CHLOROPHYTA
Di PANTAI KONDANG MERAK
MALANG
Dosen Pengampu :
Drs.
Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati
Laili, M.Si
Disusun
oleh:
KELOMPOK
II
Rahma
Rahiima K (13620090)
Moh
Faiz nashrulloh (13620114
)
Ana
faiqotul maghfiroh (13620103
)
Ahmad
Basori alwi (
13620093)
Nurul
Baroroh (13620119)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKHNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia dikenal sebagai negara dengan
keanekaragaman hayati (biodiversity) yang tinggi, diantaranya adalah Pantai
Kondang Merak berlokasi di Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, Kabupaten
Malang Selatan atau Bantur. Merupakan salah satu pantai di daerah malang yang
masih alami termasuk keanekaragaman hayati lautnya. Salah satu organisme laut
yang banyak dijumpai di
pantai kondang merak adalah makroalga.
Makroalga merupakan
alga yang berukuran
besar, dari beberapa centimeter (cm) sampai bermeter- meter. Alga sendiri adalah organisme yang masuk
ke dalam
Kingdom Protista mirip dengan
tumbuhan, dengan struktur
tubuh berupa talus. Alga
mempunyai pigmen klorofil sehingga
dapat berfotosintesis. Alga kebanyakan hidup di wilayah perairan, baik
perairan tawar maupun perairan laut.Makroalga
sebagian besar hidup
di perairan laut. Untuk
dapat tumbuh, makroalga tersebut
memerlukan substrat untuk tempat
menempel/hidup. makroalga
epifit pada benda-benda
lain seperti, batu, batu
berpasir, tanah berpasir,
kayu, cangkang moluska, dan
epifit pada tumbuhan lain
atau makroalga jenis
yang lain(Marianingsih, Amelia, dan Suroto,2013:219). Seperti dalam surat az-zumar ayat 21 yakni
sebagai berikut:
·
ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا
مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ
Artinya: "ditumbuhkan-Nya dengan air itu
tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya," (QS: 039: 21)
Potongan ayat al-Qur'an di atas memang tidak menyebutkan
jumlah spesies-spesies tumbuhan sedetail botani umum, tetapi lebih jauh telah
mengisyaratkan hal-hal yang sangat dalam seperti menceritakan: "Kebun-kebun
yang berjunjung dan yang tidak berjunjung"; "Tanam-tanaman yang
bermacam-macam buahnya"; "Tanaman yang daripadanya makan hewan
ternak mereka dan mereka sendiri"; "Tanam-tanaman yang
bermacam-macam warnanya"; dan "Kebun-kebun yang lebat".
Ayat-ayat tersebut secara eksplisit telah memberitahukan
tentang organisme tumbuhan, spesies-spesiesnya, bermacam-macam warnanya serta
kebun-kebun yang lebat. Dan bahkan al-Qur'an secara tegas menyebutkan tidak
sedikit dari jenis-jenis tumbuhan-tumbuhan tertentu. Salah satunya adalah alga
yang memiliki berbagai macam jenis dengan warna yang berbeda-beda dan bentuk
yang berbeda-beda pula.
1.2 TUJUAN
Tujuan pada
laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mempelajari organisasi thallus
pada divisio alga chlorophyta di
Pantai Kondang Merak, Malang Selatan.
2. Untuk mengetahui morfologi alga divisio chlorophyta
di Pantai Kondang Merak, Malang Selatan.
3. Untuk mengetahui siklus hidup/reproduksi alga chlorophyta
di Pantai Kondang Merak, Malang Selatan.
1.3 MANFAAT
Manfaat pada
laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui berbagai macam bentuk dari
jenis makroalga.
2. Informasi bagi masyarakat mengenai biota
laut termasuk alga yang ada di
Pantai Kondang Merak, Malang Selatan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Alga
Alga termasuk golongan
tumbuhan berklorofil dengan jaringan tubuh yang secara relatif tidak berdiferensiasi,
tidak membentuk akar batang dan daun. Tubuh Alga atau ganggang secara keseluruhan disebut dengan talus ganggang dan golongan Thallopyta yang lain dianggap sebagai bentuk tumbuhan rendah yaitu tumbuhan yang mempunyai hubugan kekeluargaan yang sangat erat dengan organisme lain yang paling primitif dan mulai muncul pertama di bumi sifat tumbuhan rendah yang memiliki stuktur yang kompleks,
diperkirakan terdapat sekitar 30.0000 spesies ganggang yang tumbuh di
bumi, kebanyakan diantaranya hidup di laut, species yang hidup di air tawar kelihatannya mempunyai arah perkembangan yang lebih leluasa, jika dibandingkan dengan bentuk yang hidup di darat
(Tjitrosoepomo, 1983).
2.2 Makro alga
Makroalgae
adalah salah satu flora yang hidupdalam air laut, kehadirannya dapat dijumpai
di paparanterumbu karang Perairan pantai Kepulauan Anambaspada posisi : 10.
30'-030. 30' LU dan 1050. 20'-1060. 30'BT.
Makroalgae di paparan
terumbu karang dapatdipengaruhi oleh beberapa factor antara
lain faktorabiotik dan biotik. Pemangsa makroalgaa dimakan oleh ikan-ikan
yang bersifat herbivore (Round, 1980). Kompetisimakroalgae dengan
biota karang dilakukan
dalamperolehan zat hara pada ruang tumbuh yang sama (Nybakken, 1992).
Arthur, (1972), menyatakan bahwa kompleksitas habitat berpengaruh terhadap
kelimpahan dan keragaman jenis.
Substrat dasar makroalgae yangutama yakni pasir, pecahan karang, karang mati,
danbatu karang.(Kadi,2009)
Alga merupakan
salah satu sumberdaya alam hayati
laut yang bernilai ekonomis dan
memiliki peranan ekologis sebagai produsen
yang tinggi dalam
rantai makanan dan tempat
pemijahan biota-biota laut (Bold
and Wyne, 1985).
Studi alga laut di
Indonesia pernah dilakukan oleh Rumpius pada tahun
1750 di perairan
Ambon. Pengkajian secara intensif dilaksanakan pada ekspedisi “Siboga”
pada tahun 1899-1900 oleh Weber-Van
Bosse di perairan
bagian Indonesia. Ekspedisi ini
berhasil mendeskripsikan 782 spesies
alga makro di antaranya
196 Chlorophyta, 134
Phaeophyta dan 452 Rhodophyta
(Anggadiredja et al., 2009). (Marnix,2011)
Alga makro
memiliki manfaat yang sangat banyak yang digunakan dalam
bidang industri, makanan, obat-obatan
dan energi. Sehingga permintaan
untuk komoditi alga makro semakin meningkat. Untuk memenuhi keperluan tersebut
tidak hanya bergantung pada potensi
produksi alam saja,
tetapi masyarakat harus melakukan
budidaya alga makro, sehingga
spesies-spesies alga makrotersebut
perlu diketahui potensi
dan pengembangan produksinya sesuai
dengan yang diperlukan, untuk
itu pelatihan mengenal spesies-spesies alga laut Indonesia perlu dilakukan
terutama di kalangan pendidikan dan
perguruan tinggi, sehingga tentunya dapat
membantu pengembangan ilmu dan
pendidikan (Sulistijo, 2009). (Marnix,2011).
2.3 Morfologi Makroalga
Dari segi morfologinya, makroalga tidak
memperlihatkan adanya perbedaan antara
akar, batang dan daun. Secara keseluruhan tanaman ini memiliki morfologi yang
mirip, walaupun sebenarnya
berbeda. Sumich, (1992),
menyatakan bahwa tubuh makroalga umumnya disebut “tallus”.
Talus merupakan tubuh vegetatif alga yang belum mengenal diferensiasi
akar, batang dan
daun sebagaimana yang
ditemukan pada tumbuhan tingkat
tinggi. Talus makroalga
umunya terdiri atas
“blade” yang memiliki bentuk seperti
daun, “stipe” (bagian
yang menyerupai batang)
dan “holdfast” yang merupakan bagian
talus yang serupa
dengan akar. Pada
beberapa jenis makroalga, “stipe” tidak dijumpai dan “blade”
melekat langsung pada “holdfast”. (Palallo,2013).
Secara sepintas
banyak alga memperlihatkan bentuk luar seperti mempunyai akar, batang, daun,
dan bahkan buah. Alga pada hakikatnya tidak mempunyai akar,
batang dan daun
seperti terdapat pada
tumbuhan yang lazim
telah dikenal. Seluruh wujud
alga itu terdiri
dari seperti batang
yang disebut “talus”,
hanya bentuknya yang beraneka
ragam. Makroalga memiliki
substansi yang beragam,
ada yang lunak, keras mengandung kapur, berserabut dan lain- lain.(Nontji 1993),
Bentuk talus makroalga
bermacam-macam, antara lain
bulat seperti tabung, pipih, gepeng,
bulat seperti kantong
dan rambut dan
sebagainya. Percabangan talus ada yang dichotomous (bercabang dua
terus menerus), pectinate (berderet searah pada satu sisi talus utama),
pinnate (bercabang dua-dua pada
sepanjang talus utama secara berselang seling),
ferticillate (cabangnya berpusat
melingkari aksis atau sumbu utama dan adapula yang sederhana dan tidak
bercabang (Aslan, 1998). (Palallo,2013).
2.4 Chlorophyta
Kelompok organisme yang besar ini
disebut alga hijau, terutama terdiri dari spesies-spesies air tawar. Sebagian
ganggang hijau mengandung satu kloroplas yang berisikan pusat-pusat pembentukan
pati yang dinamakan pirenoid. Alga hijau (green Algae) dinamai berdasarkan
kloroplasnya yang berwarna hijau rumput itu yang sangat mirip dengan kloroplas
dari organisme yang secara tradisional kita sebut tumbuhan dalam hal
ultrastruktur dan komposisi pigmennya. Sistematika molekular dan morfologi
selular hanya meninggalkan sedikit keraguan bahwa alga hijau dan tumbuhan
berkerabat sangat dekat, pada kenyataanya sejumlah ahli sistematika sekarang
mendukung dimasukannya alga hijau dalam kingdom tumbuhan. Bukti-bukti kuat
mendukung hipotesis bahwa alga hijau dan tumbuhan berasal dari satu nenek
moyang bersama yang berbeda dari nenek moyang stramenopila dan alga merah. Nenek
moyang bersama itu kemungkinan suatu autotrof fotosintetik yang muncul melalui
penyatuan endosimbiotik antara eukariota heterotropik berflagelata dan
cyanophyta (Michael, 1986).
Lebih dari 7000 spesies alga hijau telah
diidentifikasi. Sebagian besar diantaranya hidup di air tawar, akan tetapi ada juga
yang merupakan spesies laut. Berbagai spesies alga hijau uniselular hidup hidup
sebagai plankton atau menghuni tanah yang lembab atau salju. Beberapa spesies lainnya
hidup secara simbiotik di dalam eukariota lainnya, yang memberikan sebagian produk
fotosintesisnya untuk cadangan makanan inangnya. Klorophyta merupakan salah satu
alga hidup simbiotik dengan fungsi dalam kumpulan mutualistik yang dikenal sebagai
lichen atau lumut kerak (Campbell, 2004).
Alga ini merupakan kelompok terbesar vegetasi
alga. Alga hijau (Chlorophyceae) termasuk dalam divisi chlorophyta bersama dengan
charophyceae. Perbedaan dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang
jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a
dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil. Hasil asimilasi
beberapa amilum, penyusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu
amylose dan amilopektin. (sulisetjono,2009)
Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem.Berbagai
jenis alga yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat
bergerak aktif merupakan penyusun fitoplankton.Sebagian besar fitoplankton adalah
angggota alga hijau, pigmen klorofil yang demikian efektif melakukan fotositesis
sehingga alga hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.(sulisetjono,2009)
Selainituchorella salah satu anggota dari
chlorophyceae memiliki nilai gizi sangat tinggi dibandingkan jenis jasad lain.
Di dalam sel chorella masih pula terdapat chorelinya itu semacam antibiotic
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.(sulisetjono,2009)
2.5 Habitat Chlorophyceae
Chlorophyceae
terdiri atas sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk benang yang
bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk koloni yang menyerupai kormus
tumbuhan tingkat tinggi. Biasanya hidup dalam air tawar, merupakan suatu penyusun
plankton atau sebagai bentos.Yang bersel besar ada yang hidup di air laut,
terutama dekat pantai. Ada jens-jenis chlorophyceae yang hidup pada tanah-tanah
yang basah, bahkan ada diantaranya yang tahan kekeringan (Tjitrosoepomo, 2011).
Alga
hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya di air lautdan
air payau. Alga hijau yang hidup di laut tumbuh di sepanjang perairan yang
dangkal. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air
menjadi surut. Sebagian yang hidup di air laut merupakan mikro alga seperti Ulvales
dan Sphonales. (sulisetjono,2009)
Jenis yang hidup di air tawar sebagiannya
bersifat kosmopolit, terutama hidup di tempat yang cahayanya cukup seperti kolam,
danau, genangan air hujan, pada air mengalir (air sungai, selokan).Alga hijau ditemukan
pula pada lingkungan semi akuatik yaitu batu-batuan, tanah lembab, dan kulit batang
pohon yang lembab (Protocoocus, Trenrepohlia). (sulisetjono,2009)
Pada
beberapa anggota bangsa Zygnematales, Odogonium, Pithophoratumbuh di air
mengapung atau melayang. Sebagian besar dari bangsa Volvocales, Chlorococcales, dan Desmidiaceae
hidup di permukaan air sebagi plankton. Beberapa jenis tumbuh-tumbuhan melekat pada
organisme lain baik tumbuhan atau hewan. (sulisetjono,2009)
2.6 Reproduksi Chlorophyceae
Perkembang
biakan terjadi secara (Tjitrosoepomo,
2011)
1.
Aseksual dengan membentuk zoospora, yang berbentuk buah
per dengan 2-4 bulu cambuk tanpa rambut-rambut mengkilap pada ujungnya,
mempunyai 2 vakuola kontraktil, kebanyakan juga suatu bintik mata merah, dengan
kloropas di bagian bawah yang berbentuk piala atau pot.
2.
Seksual dengan aniosogami. Gamet o selalu bergerak bebas
dan sangat menyruapai zoospora. Gamet o kadang-kadang tidak bergerak, jadi
merupakan suatu oogonium. Perkawinan terjadi karena adanya daya tarik yang
bersifat kemotaksis. Zigot biasanya suatu sel yang bedinding tebal, bulat, dan
kadang-kadang berwarna merah karena mengandung hemakrom.
Kebayakan chlorophyta memiliki siklus hidup yang
kompleks, dengan tahap-tahap reproduktif seksual maupun aseksual. Hampir semua
spesies dengan gamet-gamet biflagelata yang memiliki kloroplas=kloroplas
berbentuk mangkok. Pergiliran generasi telah dievolusikan pada sikus hidup
chlorophyta, termasuk Ulva, yang pergeliran generasinya bersifat isomorfik.
(Campbell,2008)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Study lapangan keanekaragaman alga ini dilaksanakan pada
hari Sabtu dan Minggu tanggal 11-12 Oktober 2014. Pengamatan alga dilakukan pada Sabtu sore hari sekitar
pukul16.00-17.30 WIB dan dilakukan identifikasi alga pada Minggu pagi pukul
06.30-07.30 WIB. Pengamatan alga ini bertempat di daerah Malang bagian selatan, tepatnya di pantai Kondang Merak
yang berada di Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat
yang digunakan dalam kegiatan ini adalah:
a) Alat Tulis
b) Penggaris
c) Kamera digital
f) Plastik
ukuran 1kg
g) Kantong plastik
besar
h) Kertas label
3.2.2 Bahan
Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah makroalga divisi Chlorophyta yang
ada di pantai Kondang Merak.
3.3 Cara Kerja
Adapun
langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Disiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2. Dicari spesies alga yang masuk ke dalam
divisi Chlorophyta di kawasan pantai Kondang Merak dengan panduan Seaweed from India
3. Diukur dengan penggaris dan difoto
dengan kamera.
4. Diidentifikasi ciri-cirinya dan
diklasifikasikan jenis spesiesnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
4.1 Chaetomorpha antennina
4.1.1 Hasil
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
|
|
Kingdom:
Plantae
Divisio: Chlorophyta
Classis: Chloropyceae
Ordo:
Cladopharales
Family:
Cladopharaceae
Genus:
Chaetomorpha
Spesies:Chaetomorpha antennina
4.1.2
Pembahasan
Hasil
penelitian mengenai makroalga ditemukan spesies makroalga Chaetomorpha antennina melekat pada substrat batuan karang di
kawasan pasang surut bibir pantai Kondang Merak.Alga ini termasuk divisi
Chlorophyta dari kelas Chlorophyceae. Dari pengamatan yang dilakukan diketahui
panjang talus 7-8 cm, berwarna hijau, talus C.antennina
berbentuk lurus dan filamen bercabang, tekstur lembut dan lunak, blade dan
stipe tidak bisa dibedakan, namun holdfast bisa diketahui dari struktur yang
menyerupai serabut seperti akar
Habitat Chaetomorpha antennina ini yaitu pada
daerah pasang surut laut yang berdasar karang pasir.Melekat pada pecahan karang
atau substrat padat lainnya.Pada musim tertentu biasanya tumbuh sangat banyak
bersama kelompok Chaetomorpha dan Ulva.Alga ini merupakan divisi
Chlorophyta pigmen penyusun adalah klorofil a dan b Chaetomorpha antennina termasuk suku Cladophoreceae yaitu memiliki talus berupa filamen yang bercabang
biasanya sesil pada substrat dengan perantara rhizoid. Percabangan biasanya lateral tetapi
sering pada dikotomis. Percabanagn berasal dari pertumbuhan lateralujung sebuah
sel dan biasanya hanya terjadi pada sel di dekat ujung filamen (Sulisetjono,
2009).
Perkembangbiakan
marga Cladophora ini yaitu secara vegetatif, seksual dan aseksual.Secara
vegetatif yaitu ditandai dengan talus yang mati merupakan nutrisi bagi rhizoid
untuk tumbuh membentuk filamen baru.Sedangkan secara aseksual yaitu zoospora
quadriflagela dibentuk oleh sel-sel dekat ujung filamen.Awal dari pembentukan
zoospora adalah pembelahan inti.Pada jenis tertentu pembelahan itu meiosis,
kemudian terjadi pembelahan berulang-ulang dari protoplasma sehingga terbentuk
banyak zoospora.Zoospora keluar melalui lubang kecil di dinding sel. Zoospora tumbuh menjadi dua cabang,
cabang yang tegak menjadi talus dan cabang yang terdalam menjadi rhizoid.
Secara seksual tumbuhan Cladophora dapat
bersifat homotalik atau heterotalik. Struktur dari tiap gamet sangat serupa
dengan zoospora kecuali ukuran lebih kecil dan dengan 2 flagela.Setelah
dilepaskan dari sel induk, kedua gamet berpasangan membentuk zigot.Zigot tanpa
melalui periode istirahat dengan berkecambah membentuk tumbuhan baru.Pembelahan
reduksi pada saat pembentukan spora (Sulisetjono, 2009).
4.2 Claurela
racemosa
4.2.1 Hasil
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
|
|
Klasifikasi
Kingdom Plantae
Divisio Chlorophyta
Kelas Chlorophyceae
Ordo Caulerpales
Famili Caulerpaceae
Genus Caulerpa
Spesies Caulerpa racemosa
4.2.2
Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan mengenai
makroalga ditemukan spesies Caulerpa racemosa, spesies ini
mempunyai bentuk susunan tubuh yang terdiri dari talus berbentuk unik mirip
seperti buah anggur berwarna hijau, berwarna hijau dikarenakan spesies ini temasuk
kedalam divisio Chlorophyta. Selain itu makroalga jenisCaulerpa racemosa ini
termasuk kedalam jenis makroalga yang mempunyai talus berbentuk bulat atau
silindris, karena pada bagian tubuhnya terdiri dari bulatan-bulatan kecil yang
berbentuk bulat, keunikan lain pada makroalga jenis Caulerpa ini
yaitu pada setiap talusnya memiliki cabang utama yang berupa axis/stolon
sehingga pada spesies jenis Caulerpa racemosa ini
dimasukkan sebagai bangsa siphonales (stolon berbentuk seperti pipa). Pada
makroalga jenis ini juga memiliki holdfast yang berfungsi sebagai tempat dia
menempel kepada suatu substrat holdfast pada Caulerpa racemosa ini
terletak menyebar di seluruh axis atau stolonnya. Biasanyanya spesies
jenis Caulerpa racemosa ini banyak di temukan di daerah
pesisir pantai dan melekat pada terumbu karang maupun batuan karang yang ada di
sekitar pantai. Dikatakan (Anonim, 1991) bahwa Kebanyakan jenis ini tidak tahan
terhadap kondisi kering, oleh karena itu tumbuh pada saat surut terendah yang
masih tergenang air.
Menurut (Sulisetijono, 2009) alga adalah organisme
berklorofil, tubuhnya merupakan thalus (uniselular dan multiselular), alat
reproduksi pada umumnya berupa sel tunggal, meskipun ada juga alga yang alat
reproduksinya tersusun dari banyak sel .
Menurut (Tjitrosoepomo, 1998) Alga hijau
(Chlorophyceae) termasuk dalam divisi Chlorophyta. Perbedaan dengan
divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan
tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan b, karotin dan xantofil,
violasantin, dan lutein. Pada kloroplas terdapat pirenoid, hasil
asimilasi berupa tepung dan lemak. Hasil asimilasi beberapa amilum, penyusunnya
sama seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amilose dan amilopektin.
Caulerpa
sp. Susunan tubuhnya tubular yaitu talus yang memiliki
banyak inti tanpa sekat melintang. Diding selnya mengandung xylan atau mannan.
Bentuknya seperti rambut atau filament. Caulerpa sp bisa menghasilkan asam
alginate sebagai bahan dasar kosmetik (Sulisetjono, 2009).
Caulerpa
racemosa adalah satu dari berbagai
spesies rumput laut yang tumbuh secara alami di perairan Indonesia. Caulerpa
racemosa ditemukan tumbuh pada substrat koral atau pada pasir dan
pecahan karang. Caulerpa racemosa bersifat edible atau dapat
dikonsumsi manusia. Di Indonesia Caulerpa racemosa telah
dimanfaatkan sebagai sayuran segar atau lalap, namun konsumennya masih terbatas
pada keluarga nelayan atau masyarakat pesisir. Seperti tanaman lainnya, Caulerpa
racemosa memproduksi metabolit primer dan sekunder. Metabolit sekunder
adalah senyawa yang disintesis oleh tanaman sebagai respon terhadap rangsangan
dari luar. Salah satu jenis metabolit sekunder adalah antioksidan. Tingkat
produksi antioksidan sebagai metabolit sekunder merupakan fungsi genetik,
lingkungan, dan kesehatan tanaman. Kehadiran senyawa antioksidan sangat
bermanfaat bagi kesehatan manusia, dan saat ini para ahli pangan banyak
melakukan penelitian untuk mencari antioksidan alami (Fithriani dan Diini,
2009).
Menurut
(Azizah, 2006) rumput laut dengan nama lokal Latoh (Caulerpa racemosa)
merupakan makro alga hijau yang sering dimanfaatkan sebagai makanan bagi
masyarakat sekitar pantai. Akan tetapi ketersediaannya masih dalam jumlah yang
sangat terbatas dan musiman, karena masih tergantung dari alam dan belum
dibudidayakan secara baik dan benar.
Di
Indonesia Caulerpa sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dengan cara
dimakan mentah sebagai lalapan atau sebagai sayur. Bahan makanan ini mempunyai
kandungan gizi yang cukup tinggi sebagai sumber protein nabati, mineral maupun
vitamin.telah menganalisa kandungan gizi beberapa jenis rumput laut. Hasil
analisa tersebut menunjukkan bahwa secara umum rumput laut mengandung air yang
tinggi yaitu sekitar 80 - 90 %, protein 17 - 27 %, lemak 0.08 - 1.9 %, karbohidrat
39 - 50 %, serat 1.3 - 12.4 % dan abu 8.15 - 16.9 % (Azizah,2006).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari
hasil KKL ini adalah :
1.
Chaetomorpha antennina merupakan alga divisi Chlorophyta. Pigmen penyusun dari alga ini adalah klorofil
a, b. Bentuk talus C.antennina yaitu
berbentuk lurus dan filamen bercabang, tekstur lembut dan lunak, blade dan
stipe tidak bisa dibedakan, namun holdfast bisa diketahui dari struktur yang
menyerupai serabut seperti akar.
2.
Caulerpa racimosa masuk dalam
divisi chlorophyta mengandung pigmen klorofil a dan b, karotin dan xantofil, violasantin, dan
lutein. Berbentuk bulat
bulat dengan tangkai, tekstur keras dan mudah patah. Biasanya dikenal dengan
nama anggur laut.
5.2 Saran
KKL ini sudah cukup bagus namun dirasa kurang dalam
hal persiapan sehingga kegiatannya pun terkesan hambar dan dipaksakan.
DAFTAR PUSTAKA
Aslan, L. M. 1991. Budidaya
Rumput Laut. Yogyakarta: Kanisius
Azizah, Ria TN. 2006. Percobaan
Berbagai Macam Metode Budidaya Latoh (caulerp
racemosa) Sebagai Upaya Menunjang Kontinuitas Produksi. Jurnal Ilmu
Kelautan. Vol. 11, No. 02, Hal :101-105
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2002. Biologi
Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Kadi, achmad. 2009. Makroalgae di Paparan Terumbu
Karang Kepulauan Ambalas. Jurnal Natur Indonesia. Vol. 12, No. 1, Hal:
49-53.
Michael, P.J. 1986. Dasar-dasar Mikrobiology. Jakarta: UI
Press
Marnix, Langoy,Saroyo, Farha, Dapas, Deidy,Katil
dan Hamsir, Syamsul Bachry. 2011. Deskripsi Alga Makro Di Taman Wisata Alam
BatuPutih Kota Bitung. Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 11, No.2, Hal: -
Palallo, alfian. 2013. DISTRIBUSI MAKROALGA PADA
EKOSISTEM LAMUN DAN TERUMBU KARANG DI PULAU BONEBATANG, KECAMATANUJUNG TANAH,
KELURAHAN BARRANG LOMPO, MAKASSAR. Makasar: Universitas Hasanuddin
Sulisetjono. 2009. Bahan Serahan Alga.
Malang: UIN PRESS
Tjitrosoepomo, gembong. 2011. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM PRESS